Rabu, 06 Februari 2013

Kisahku Di Gunung Lawu


sabtu,01-12-2012

Sejak 2 minggu sebelum perjalanan itu kami sudah mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, mulai dari menyewa tenda, sleepingbag, nesting,carrier, dll semua sudah kami persiapkan dengan matang. Dan tiba waktu ku dan Cesar pergi ke Magetan untuk bermalam di rumah salah satu teman kami yaitu Dhores yang kebetulan juga akan melakukan perjalanan gunung bersama kami. Tiba malam harinya kami dipekenalkan Dhores ke salah seorang temannya yang juga akan bersama-sama melakukan pendakian ke gunung, Candra namanya. 
Tiba dirumah kami sudah disambut oleh ketiga orang yang juga akan melakukan pendakian bersama kami. Dia adalah Rangga (saudara Dhores), Erwan, dan Pak Teguh. Kami mencoba untuk mengakrabkan diri dengan mereka. Setelah beberapa saat kami pun  packing perlengkapan yang dibawa besok. Susah sekali  mata untuk terpejam karena selalu terbayang Gunung Lawu yang eksotis sehingga selalu berangan-angan untuk segera masuk ke dalamnya. Tetapi karena hari itu sangat lelah sekali, mata pun akhirnya menutup dengan sendirinya.
Alunan adzan membangunkan kami, kami pun segera bergegas mengambil air wudhlu dan shalat shubuh. Setelah itu kami mandi dengan air magetan yang sangat dingin. Segala persiapan sudah terencana dengan baik. Okee kita berangkat tepat tanggal 1 Desember 2012. Sekitar pukul 06.00 kami tiba di Cemoro Kandang Karanganyar,  kami memlih untuk melakukan pendakian berangkat dari rute Jawa Tengah karena agak sedikit mudah dibandingkan dari Cemoro Sewu Jawa Timur walaupun jalurnya memutar, tapi okelah untuk pendaki  pemula seperti  kami. Setelah kami melakukan registrasi ke Dinas Perhutani kami pun melakukan doa bersama demi kelancaran perjalanan kami. 

Start perjalanan pukul 06.30 kami pun mendaki gunung itu. Tak sampai 20 menit perjalanan kami berhenti untuk beristirahat, ternyata untuk pemula seperti kami walaupun medannya tidak terlalu terjal tetapi cukup membuat kami berkeringat. 3 menit beristirahat kami pun melanjutkan pendakian, Pak Teguh orang yang paling tua disitu ternyata fisik dan tenaganya melebihi kami yang  relatif lebih muda. 

Di tengah perjalanan kami pun memutuskan untuk berhenti dan memakan bekal yang sebelumnya sudah kami bawa. Pecel itu nikmat sekali disantap bersama-sama, kami seperti sudah mengenal lama sekali, kami sudah seperti keluarga sendiri saat itu. Dengan mempunyai tujuan yang sama  yaitu menaklukkan gunung tertinggi ke-3 se-Jatim itu kami berjalan lagi perlahan menyusuri medan hutan. 

Setelah beberapa  lama perjalanan akhirnya kami tiba di pos 1 Taman Sari Bawah. Rasanya sudah mencapai puncak saat itu,padahal masih jauh perjalanan kami. Kami pun mengabadikan tempat itu sebagai kenang-kenangan untuk diceritakan ke kerabat,saudara, dan orang tua yang dengan berat hati mengizinkan kami untuk mendaki Gunung Lawu.
POS 1
Beberapa menit kami beristirahat disitu dan akhirnya kami pun memulai lagi pendakian kami untuk menuju ke pos 2. Cesar kog gelisah????. Tampaknya dampak dari pecel tadi yang kami makan,akhirnya dia melakukan ibadah “pup”di tengah perjalanan. Semua orang tertawa melihat wajahku yang tidak berdosa berjalan ke semak-semak untuk segera memulai aktivitas sakral itu. Setelah beban di perut terkuras habis kami pun bergegas melanjutkan perjalanan, karena target kami bermalam di puncak.
Beberapa jam perjalanan dari pos 1 akhirnya kami tiba di pos 2 Taman Sari Atas, disana kami meminum secangkir kopi untuk sekedar menghangatkan tubuh terhadap hawa yang mulai mendingin karena semakin berkurangnya oksigen. Dhores pun tak kuasa menahan gejolak perutnya yang semakin menggilla. Ini lah saat-saat dimana kami akan bersiap menghadapi jalur yang benar-benar melelahkan dan sangat menguras tenaga,karena jarak dari pos 2 ke pos 3 sangat panjang dan berliku,juga menanjak.

POS II
Kami pun bergegas melanjutkan perjalanan menuju pos 3, awalnya memang mudah sekali perjalanannya. Di kiri perjalanan kami dimanjakan dengan pemandangan awan dan kota Karanganyar yang terlihat sangat kecil, rumah-rumah penduduk yang tampak terlihat seperti sampah berserakan, kemudian tampak juga tebing-tebing yang tentunya sangat mengerikan sekali. Tak lama kemudian kami pun tiba di pos bayangan.
Pos Bayangan
Di pos ini kami memakan bekal makanan ringan yang kami bawa,untuk sekedar mengganjal perut yang sudah mulai keroncongan kembali, dan menghisap beberapa batang rokok untuk menghangatkan tubuh yang semakin dingin. Sekitar 15 menit kami berhenti disini, dan kami melanjutkan perjalanan. Inilah perjalanan yang sesungguhnya jalan yang menanjak dan berbahaya menjadi menu makanan kami saat itu, situasi lebih diperparah lagi karena hujan rintik mulai turun walaupun tidak deras tetapi tetap saja kondisi yang kecil dapat menjadi situasi yang sangat besar kalau di gunung. Ibarat hal sepele  bisa menjadi  sepoloh. Di medan ini lah kami benar-benar payah untuk berjalan, setiap 3 belokan menanjak kami selalu beristirahat untuk sedikit meregangkan kaki dan mengatur nafas yang tersendat. Semakin kami berjalan semakin kami hampir putus asa untuk bisa mencapai pos 3. Jarak ini terlalu jauh bagi kami seorang pemula, saya pun sampai berpikir siapa yang membuat rute segila ini. Teman-teman pun sudah mulai kekurangan energi, pada rute ini kami benar-benar mengalami krisis kepercayaan diri. Yang sebelumnya kami sangat bersemangat sekali, rute ini membuat kami patah arah.
Sampai pada akhirnya  kami melihat sebuah bangunan kumuh yang tidak terawat lagi. Kami pun berteriak “itu pos 3 nya”. Langkah kaki kami semakin cepat, seakan lupa dengan kondisi kami yang benar-benar anjlok saat itu. 1,2,3,4,5,6,7,....... langkah kaki kami, akhirnya pos 3 itu pun dapat kami tempati. Senyum dari teman-teman membuat kami semakin bersemangat, kami pun memutuskan untuk beristirahat disitu dan membuat perapian untuk memasak juga menghangatkan diri. Pos 3 Penggek sudah ada dalam kekuasaan kami.
Pos III
Kami memasak bekal kami berupa mie instant. Kami pun makan bersama-sama dalam satu tempat, begini rasanya mempunyai keluarga di gunung. Sangat akrab sekali kebersamaan kami, diselingi dengan canda tawa dari kami. Mengingat-ingat perjalanan yang sangat gila dari pos 2 ke pos 3. Tak lupa kami menghisap beberapa batang rokok untuk menghidupkan semangat kami lagi. Sekitar 30-45 menit kami berhenti dan beristirahat di pos penggek kami pun melanjutkan perjalanan kami ke pos 4.

Hampir 2 jam kami mendaki dari pos 3 tetapi pos 4 belum kunjung terlihat, sampai pada akhirnya kami menjumpai lapangan yang sangat luas tampak seperti sabana, dan itulah yang sebelumnya kami cari. Kami sudah tiba di pos 4 Cokrosuryo. Pos ini indah sekali, kami berasa sudah diatas awan dengan semilir angin yang semakin jelas terdengar. Di pos ini terdapat 2 makam pendaki yang tewas saat perjalanan. Kami beristirahat lama dan tertidur disini, kami shalat disini. Rasanya khusyu’ sekali dengan belaian angin gunung, sangat tenang dan damai. Ini belum pernah kami rasakan pada ibadah sebelumnya. 

Pos IV
Sangat lama kami beristirahat disini, mengingat perjalanan yang sangat gila sebelumnya. Api semangat yang semakin berkobar untuk mencapai puncak itu pun membangunkan kami untuk segera  melanjutkan perjalanan. Medan dari pos 4 menuju Hargodalem tidak seberapa sulit, kami sangat menikmatinya. Kami semakin bisa membayangkan bagimana rasanya berada di puncak Lawu yang kami idam-idamkan itu. Kami melihat banyak pemandangan pada perjalanan kali ini. Tampak bukit yang berjejer dan sangat rindang sekali. Tak lama kemudian kami pun dapat melihat pasar setan, tempat yang selama ini dianggap menjadi tempat berkumpulnya makhluk halus di Gunung Lawu. Tempat itu menandakan Hargodalem semakin dekat. Benar saja, beberapa menit kemudian kami sudah sampai di Hargodalem. Dari sini tampak terlihat jelas sekali puncak Lawu Hargodumilah. Kami memutuskan untuk bermalam disini dan besok pagi sebelum fajar menyongsong kami melanjutkan perjalanan.
Puncak Hargo Dumilah
Camping
Jam 1 pagi kami terbangun, kami memutuskan untuk pergi ke petilasan Prabu Brawijaya untuk sekedar menghormati beliau dan berziarah disana. Setelah itu kami kembali ke tenda dan membuat perapian untuk memasak mie instant dan membuat segelas susu jahe. Hangat sekali untuk kondisi dingin yang menggigill saat itu. Tepat pukul 4 pagi kami pun berangkat ke puncak Lawu Hargodumilah. Tidak banyak waktu untuk mencapai puncak. Walaupun medan yang ditempuh sangat terjal, 30 menit cukup untuk menapakkan kaki kami di puncak Hargodumilah. Tempat yang kami impikan selama seharian penuh kemarin akhirnya tercapai juga. Senyum tawa bahagia terpancar dari wajah kami dan pendaki lain. Ini lah eksotisme Lawu yang nyata.







































Setelah mengabadikan beberapa momen indah di puncak Hargodumilah kami memutuskan untuk turun karena kabut yang mulai naik dan angin pun berhembus semakin kencang. Tepat pukul 7 pagi kami turun daru Hargodumilah. Jalur yang kami lewati sekarang yaitu jalur Cemorosewu. Kami melihat pemandangan yang eksotisme di jalur ini, tampak Telaga Sarangan, Waduk Gajah Mungkur, Gunung Merapi, Gunung Kelud, dan Gunung Wilis terlihat disini. Ditengah perjalanan kami beristirahat di Sendang Derajat untuk mengisi bekal air minum disini, dan berfoto dengan turis asing.
Sendang Derajat

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan untuk turun, jalur yang kami lalui sangat terjal penuh dengan makadam bebatuan yang sudah disusun. Dari pos ke pos kami lalui dengan susah payah. Sampai akhirnya kami tiba di pos 2 jalur Cemorosewu untuk menghabiskan sisa makanan kami supaya tidak terlalu memakan beban pada carrier.

Eksotisme Lawu mengajaran kami banyak hal. Kami diajari oleh Gunung ini untuk bekerja sebagai sebuah tim.Gunung Lawu mengajarkan kami banyak hal, bagaimana kita hidup ditengah keterbatasan sumber daya, krisis percaya diri, mental yang ngedrop. Semua telah diajarkan oleh Gunung ini. Sungguh Lawu memberikan pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan oleh kami. Akhirnya pendakian ini selesai juga J





Jalur Pendakian













0 komentar:

Posting Komentar